Selamat Datang di Website SPB Majelis Jemaat GKE Muara Teweh

Sabtu, 05 Mei 2018

Peran Kaum Bapak Dalam Keluarga Kristen (Bab 1)


---------------------------------
“Bapak merupakan pilar terdepan dalam menjaga
keutuhan sebuah keluarga” (Esdi Pangganti)
-------------

B
apak memegang peranan sentral dalam sebuah keluarga, selain sebagai kepala keluarga, ia adalah imam dan juga bertanggung jawab penuh terhadap keberlangsungan kehidupan keluarganya, sehingga bapak merupakan pilar terdepan dalam menjaga keutuhan sebuah keluarga.
Dalam Efesus 5:23 dituliskan, 23Karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dia adalah yang menyelamatkan tubuh.” Selanjutnya dalam Efesus 5:28 menjelaskan 28Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri”, dengan demikian Bapak berperan dalam menyatukan keluarganya untuk mencapai tujuan bersama. Sebagai seorang bapak, Ia harus dipercaya oleh semua anggota keluarganya, dan menjadi teladan yang baik bagi mereka.
Figur seorang bapak yang baik harus memberikan kasih yang tak bersyarat. Efesus 5:25 menuliskan 25Hai suami kasihilah istrimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya”, lebih lanjut diterangkan dalam Efesus 5 : 28-29 yang menyataan bahwa, 28Demikian juga suami harus mengasihi istrinya sama seperti tubuhnya sendiri. Siapa yang mengasihi istrinya mengasihi dirinya sendiri. 29Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat.”
Figur Bapak bagi Anak-anaknya
Seorang Bapak dalam keluarga Kristen wajib mengenalkan anak-anaknya pada pembelajaran akan Firman Tuhan serta mendidik mereka agar siap menghadapi masa depan. Efesus 6:4 menyatakan bahawa, 4Dan kamu, bapak-bapak, jangan bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka dalam ajaran dan nasihat Tuhan.”, selanjutnya tuntutan besar bagi kaum bapak dalam mendidik anak-anaknya dituliskan dalam Amsal 2:6: yang menuliskan, 6Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu.”
Tugas mengajarkan anak-anaknya pada pengenalan akan Firman Tuhan tidak dapat di delegasikan kepada pendeta atau guru Sekolah Minggu, karena hal ini mutlak merupakan tangung jawab orangtua. Pendeta dan guru Sekolah Minggu hanya berperan untuk membantu anak-anak dalam mengenal Tuhan.
Bimbingan yang terutama harus muncul dari orang tuanya, itulah salah satu sebab mengapa bapak mempunyai peran yang sentral dalam pendidikan rohani bagi anak-anaknya, sebagai upaya menjaga sikap dan kehidupan mereka sebagai anak-anak Allah.
Pendidikan rohani adalah proses penanaman dan pengembangan hal-hal yang bersifat spiritual dalam diri seorang anak, sehingga orangtualah yang perlu terlebih dahulu mempunyai pemahaman yang baik tentang apa yang perlu dipupuk demi kepentingan hari depan anak-anak mereka.
Pendidikan rohani membutuhkan kerja sama yang erat antara kedua orang tuanya (bapak dan ibu). Keduanya perlu sepakat dalam mengarahkan pendidikan itu dan sama-sama mengajarkan hal yang benar. Jika upaya ini hanya dilakukan oleh pihak ibu, suatu saat bapak akan melihat hasil suatu produk yang mungkin berbeda sekali dengan apa yang dikehendakinya.
Apa yang dilarang oleh ibu, hendaknya juga tidak diizinkan oleh Bapak, begitu pula sebaliknya. Dalam Amsal 1:8  telah ditegaskan, 8Hai anakku, dengarkanlah didikan Bapak mu dan jangan menyia-nyiakan ajaran ibumu.” Begitu juga kalau Bapak dan ibu berbeda pendapat, apalagi terlibat konflik, sebaiknya hal itu tidak dilakukan di depan anak-anak mereka.
Figur Bapak Bagi Isterinya
Seorang anak akan mudah menirukan sikap dan gaya orang yang lebih tua terutama bapaknya, karena itu sebagai seorang teladan, maka bapak selalu dituntut untuk menjaga sikap dan perilakunya dengan baik.  Dalam Ulangan 6:4 dituliskan, 4Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun.” Seorang bapak akan mudah mendidik anak-anaknya apabila anak-anaknya mempercayainya, demikian juga hal ini akan berlaku pada istrinya.
Ada minimal empat hal penting yang patut ditunjukkan oleh seorang bapak di dalam keluarganya.
1.          Kejujuran
Seorang bapak dituntut untuk selalu jujur mengakui kesalahannya kepada anak dan istrinya, demikian pula kepada orang lain. Sikap seperti ini tidak akan terbangun jika didalam keluarga tidak terbentuk sebuah pola komunikasi yang baik. Orangtua yang tidak rendah hati mengakui kesalahannya, akan memberikan teladan buruk kepada keluarga secara khususu kepada anak-anaknya.
2.          Kesamaan Kata dan Perbuatan
Dalam mengajarkan anak-anaknya, maka figur orang tua terutama bapak harus mampu menunjukkan konsistensi antara kata dan perbuatannya.  Jika tidak ingin anak merokok, maka bapaknya janganlah merokok. Jika anak melihat dan mendengar kaum bapak  berbohong sekecil apapun, maka ia akan cenderung belajar bagaimana menyembunyikan segala sesuatunya dalam kepahitan. Jika anak melihat bagaimana orang tuanya menyampaikan kata “tolong”, “terimakasih”, dan “maaf”, maka ia akan belajar bagaiamana menolong orang lain, bagaimana berterimakasih atas segala sesuatu yang diterimanya, serta memaafkan jika ada yang berbuat kurang menyenangkan baginya.
3.          Integritas
Integritas adalah suatu konsep berkaitan dengan konsistensi dalam tindakan-tindakan, nilai-nilai, metode-metode, ukuran-ukuran, prinsip-prinsip, ekspektasi-ekspektasi dan berbagai hal yang dihasilkan. Orang berintegritas berarti memiliki pribadi yang jujur dan memiliki karakter hidup yang kuat.   Integritas dapat juga berarti  mutu, sifat, atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan; kejujuran.
Seseorang yang memiliki integritas pribadi akan tampil penuh percaya diri, anggun, tidak mudah terpengaruh oleh hal-hal yang sifatnya hanya untuk kesenangan sesaat.
4.          Membangun Komunikasi
Komunikasi sangat penting di dalam sebuah keluarga dan harus dimulai sejak awal pernikahan. Anak-anak yang sejak kecil di ajarkan dalam komunikasi yang baik dengan orangtua mereka, akan selalu merasa nyaman untuk mencurahkan isi hati kepada orangtua mereka, meskipun mereka sudah beranjak dewasa.
Untuk bisa berkomunikasi dengan baik, seorang bapak yang bijaksana harus lebih banyak mendengarkan anak dan tidak cepat membuat kesimpulan sendiri yang akhirnya membuat anak menutup dirinya terhadap bapaknya. Diperlukan suasana yang terbuka dan bersahabat, serta menghindari penggunaan kata-kata yang otoriter dan merasa benar sendiri. Sedapat mungkin, bapak berbicara kepada anak dengan bahasa sederhana dan mudah dimengerti olehnya.  
Jika anak selalu dipapar dengan kekerasan, maka ia sendiri akan belajar bagaimana bertindak otoriter dalam kekerasan, serta tidak akan mau mengerti dan menerima pendapat orang lain, kecuali diperlakukan juga dalam kekerasan. Itulah sebabnya sering kaum bapak  jumpai seorang anak yang bertindak kejam terhadap teman-temanya, melukai tidak hanya dengan kata-katanya namun sudah cenderung anarkis.
Seorang bapak di dalam keluarga adalah sebagai imam, itulah sebabnya figur bapak harus mampu merangkul keluarga, menunjukkan teladan yang baik dan selalu membangun relasi dengan Tuhan. Figur bapak begitu amat penting dalam tatanan kehidupan keluarga Kristen, sampai-sampai Tuhan Yesus sendiri hadir dalam figur maskulin seorang bapak.
Ada dua fakta yang sangat jelas tertulis di dalam Alkitab: Pertama, Allah itu Roh, dan tidak memiliki karakteristik atau keterbatasan manusia, dan Kedua, Allah mengungkapkan diriNya kepada manusia dalam wujud maskulin (laki-laki). Namun perlu dipahami bahwa Natur sejati Allah adalah sebagai Pribadi.
Allah menyatakan semua karakteristik dari sebuah kepribadian manusia seutuhnya: Allah memiliki pikiran, kehendak, intelek dan perasaan. Allah berkomunikasi, memiliki relasi, dan tindakan-tindakan Allah secara pribadi nyata dalam seluruh isi Alkitab.
Yohanes 4:24, 24Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran." Karena Allah adalah roh, maka Allah tidak memiliki karakteristik fisik seperti manusia. Bahasa kiasan dalam Alkitab seringkali menggunakan karakteristik manusia untuk menggambarkan Allah, supaya manusia memahami Allah. Cara ini disebut “antropomorfisme.”
Antropomorfisme menjadi cara Allah secara roh untuk mengkomunikasikan kebenaran mengenai natur diriNya kepada manusia sebagai pribadi yang terbatas pengertiannya akan hal-hal yang melampaui pikirannya. antropomorfisme digunakan Allah untuk menolong manusia memahami siapakah Allah itu.
Kejadian 1:26-27 menyatakan, 26Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kaum bapak  menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kaum bapak , supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi. 27Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.”
Referensi ayat di atas lebih menjelaskan mengenai perihal laki-laki maupun perempuan yang diciptakan menurut gambar Allah. Keberadaan mereka lebih agung dari semua ciptaan lainnya karena, sama seperti Allah, mereka memiliki pikiran, kehendak, intelek, perasaan dan kemampuan moral. Itulah sebabnya mengapa satwa tidak memiliki kemampuan moral, dan tidak memiliki kompleksitas sebagaimana yang dimiliki oleh manusia.
Allah menciptakan manusia sesuai dengan gambar Allah sendiri. Gambar Allah adalah komponen rohani yang hanya dimiliki oleh manusia. Allah menciptakan manusia agar memiliki hubungan dengan Dia; manusia adalah satu-satunya ciptaan yang di design untuk tujuan tersebut.
Laki-laki dan perempuan hanya diciptakan sesuai dengan gambar Allah –bukan sekaligus sebagai duplikat dari Allah-. Adanya laki-laki dan perempuan, tidak mengharuskan bahwa Allah juga memiliki ciri-ciri laki-laki dan perempuan.
Kaum bapak  pasti tahu bahwa Allah adalah roh dan tidak memiliki karakteristik fisik, sehingga kaum bapak  tidak bisa membatasi bagaimana cara Allah menyatakan diriNya kepada umat manusia. Alkitab mengandung semua wahyu yang diberikan Allah kepada manusia mengenai diriNya sendiri, dan merupakan satu-satunya sumber informasi yang obyektif mengenai Allah.
Dalam Alkitab terulis 1.201[1] kata yang merujuk kata “Bapa.” Dengan perincian, 747 kata dalam Perjanjian Lama dan 454 kata dalam perjanjian Baru. Seseorang disebut “bapa” hanya ketika dia adalah seorang laki-laki. Kalau yang ingin dikomunikasikan oleh Allah kepada manusia dalam wujud perempuan, maka kata yang akan dipakai pastilah “ibu” dan bukan “bapa.” Baik dalam Perjanjian Lama dan Baru, kata ganti maskulin digunakan berulang-ulang untuk menggambarkan pribadi Allah.
Yesus Kristus berkali-kali mengindentifikasikan Allah sebagai Bapa, dan pada kesempatan-kesempatan lain menggunakan kata ganti maskulin untuk merujuk pada Allah. Dalam kitab Injil saja, Kristus menggunakan istilah “Bapa” sebanyak 361[2] kata dalam 312 ayat, yang secara langsung merujuk pada Allah.
Yohanes 10:30 menyatakan, 30Aku dan Bapa adalah satu." Yesus Kristus datang dalam wujud seorang laki-laki, mati di salib untuk membayar dosa dunia, dan sama seperti Allah Bapa, dinyatakan kepada manusia dalam wujud laki-laki.
Alkitab mencatat contoh lainnya di mana Kristus menggunakan kata benda dan kata ganti maskulin untuk merujuk pada pribadi Allah.  Dalam Perjanjian Baru kata “Allah” digunakan sebanyak 4.118 kali pada  3.581 ayat, semuanya merujuk pada sifat maskulin sebagai penggambaaran akan natur Allah.
Tulisan atau catatan dari para nabi dalam Perjanjian Lama dan para Rasul dalam Perjanjian Baru merujuk kata “Allah” dan “Yesus Kristus” sebagai pribadi yang maskulin. Tidak ada sama sekali bukti di dalam Alkitab yang menunjukkan natur feminim sebagai penggambaran Allah. Allah sendiri memilih untuk mengungkapkan diri dalam wujud semacam ini untuk memudahkan manusia memahami siapakah Allah itu sendiri. 
Sebagai manusia, tentu kaum bapak  tidak boleh membatasi pikiran dan rencana Allah dalam pikiran kaum bapak  yang terbatas akan pribadi Allah itu sendiri atau bagaimana cara Allah untuk menyatakan dirinya, namun penting bagi kaum bapak  bahwa jika Allah menyatakan diri dalam natur Bapak (Maskulin), maka Bapak sendiri adalah gambaran Allah itu sendiri didalam keluarga.


[1] http://alkaum bapak b.sabda.org/search.php?search=bapa&scope=all&exact=off diunduh tanggal 01 Mei 2018
[2] idem

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KEGIATAN

Peran Kaum Bapak Dalam Keluarga Kristen (Bab 1)

--------------------------------- “Bapak merupakan pilar terdepan dalam menjaga keutuhan sebuah keluarga” (Esdi Pangganti) ----...

Arsip SPB