“Bapak merupakan pilar terdepan dalam menjaga
keutuhan sebuah keluarga” (Esdi Pangganti)
-------------
B
|
apak memegang peranan
sentral dalam sebuah keluarga, selain sebagai kepala keluarga, ia adalah imam
dan juga bertanggung jawab penuh terhadap keberlangsungan kehidupan keluarganya,
sehingga bapak merupakan pilar terdepan dalam menjaga keutuhan sebuah keluarga.
Dalam Efesus 5:23 dituliskan,
“23Karena suami adalah kepala
isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dia adalah yang menyelamatkan
tubuh.” Selanjutnya dalam Efesus 5:28 menjelaskan “28Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama
seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya
sendiri”, dengan demikian Bapak
berperan dalam menyatukan keluarganya untuk mencapai tujuan bersama. Sebagai
seorang bapak, Ia harus dipercaya oleh semua anggota keluarganya, dan menjadi
teladan yang baik bagi mereka.
Figur seorang bapak yang
baik harus memberikan kasih yang tak bersyarat. Efesus 5:25 menuliskan “25Hai suami kasihilah istrimu
sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya
baginya”, lebih lanjut diterangkan dalam Efesus 5 : 28-29 yang menyataan
bahwa, “28Demikian juga suami
harus mengasihi istrinya sama seperti tubuhnya sendiri. Siapa yang mengasihi
istrinya mengasihi dirinya sendiri. 29Sebab tidak pernah orang
membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti
Kristus terhadap jemaat.”
Figur Bapak bagi
Anak-anaknya
Seorang Bapak dalam
keluarga Kristen wajib mengenalkan anak-anaknya pada pembelajaran akan Firman
Tuhan serta mendidik mereka agar siap menghadapi masa depan. Efesus 6:4 menyatakan
bahawa, “4Dan kamu,
bapak-bapak, jangan bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah
mereka dalam ajaran dan nasihat Tuhan.”, selanjutnya tuntutan besar bagi
kaum bapak dalam mendidik anak-anaknya dituliskan dalam Amsal 2:6: yang
menuliskan, “6Didiklah orang
muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan
menyimpang dari pada jalan itu.”
Tugas mengajarkan
anak-anaknya pada pengenalan akan Firman Tuhan tidak dapat di delegasikan
kepada pendeta atau guru Sekolah Minggu, karena hal ini mutlak merupakan
tangung jawab orangtua. Pendeta dan guru Sekolah Minggu hanya berperan untuk
membantu anak-anak dalam mengenal Tuhan.
Bimbingan yang terutama
harus muncul dari orang tuanya, itulah salah satu sebab mengapa bapak mempunyai
peran yang sentral dalam pendidikan rohani bagi anak-anaknya, sebagai upaya
menjaga sikap dan kehidupan mereka sebagai anak-anak Allah.
Pendidikan rohani adalah
proses penanaman dan pengembangan hal-hal yang bersifat spiritual dalam diri seorang
anak, sehingga orangtualah yang perlu terlebih dahulu mempunyai pemahaman yang
baik tentang apa yang perlu dipupuk demi kepentingan hari depan anak-anak
mereka.
Pendidikan rohani membutuhkan
kerja sama yang erat antara kedua orang tuanya (bapak dan ibu). Keduanya perlu
sepakat dalam mengarahkan pendidikan itu dan sama-sama mengajarkan hal yang
benar. Jika upaya ini hanya dilakukan oleh pihak ibu, suatu saat bapak akan
melihat hasil suatu produk yang mungkin berbeda sekali dengan apa yang
dikehendakinya.
Apa yang dilarang oleh
ibu, hendaknya juga tidak diizinkan oleh Bapak, begitu pula sebaliknya. Dalam Amsal
1:8 telah ditegaskan, “8Hai anakku, dengarkanlah
didikan Bapak mu dan jangan menyia-nyiakan ajaran ibumu.” Begitu juga kalau
Bapak dan ibu berbeda pendapat, apalagi terlibat konflik, sebaiknya hal itu
tidak dilakukan di depan anak-anak mereka.
Figur Bapak Bagi
Isterinya
Seorang anak akan mudah
menirukan sikap dan gaya orang yang lebih tua terutama bapaknya, karena itu sebagai
seorang teladan, maka bapak selalu dituntut untuk menjaga sikap dan perilakunya
dengan baik. Dalam Ulangan 6:4 dituliskan,
“4Apa yang kuperintahkan
kepadamu pada hari ini haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada
anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau
sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun.”
Seorang bapak akan mudah mendidik anak-anaknya apabila anak-anaknya
mempercayainya, demikian juga hal ini akan berlaku pada istrinya.
Ada minimal empat hal
penting yang patut ditunjukkan oleh seorang bapak di dalam keluarganya.
1.
Kejujuran
Seorang bapak dituntut
untuk selalu jujur mengakui kesalahannya kepada anak dan istrinya, demikian
pula kepada orang lain. Sikap seperti ini tidak akan terbangun jika didalam
keluarga tidak terbentuk sebuah pola komunikasi yang baik. Orangtua yang tidak
rendah hati mengakui kesalahannya, akan memberikan teladan buruk kepada keluarga
secara khususu kepada anak-anaknya.
2.
Kesamaan Kata dan Perbuatan
Dalam mengajarkan
anak-anaknya, maka figur orang tua terutama bapak harus mampu menunjukkan
konsistensi antara kata dan perbuatannya. Jika tidak ingin anak merokok, maka bapaknya
janganlah merokok. Jika anak melihat dan mendengar kaum bapak berbohong sekecil apapun, maka ia akan
cenderung belajar bagaimana menyembunyikan segala sesuatunya dalam kepahitan.
Jika anak melihat bagaimana orang tuanya menyampaikan kata “tolong”,
“terimakasih”, dan “maaf”, maka ia akan belajar bagaiamana menolong orang lain,
bagaimana berterimakasih atas segala sesuatu yang diterimanya, serta memaafkan
jika ada yang berbuat kurang menyenangkan baginya.
3.
Integritas
Integritas adalah suatu
konsep berkaitan dengan konsistensi dalam tindakan-tindakan, nilai-nilai,
metode-metode, ukuran-ukuran, prinsip-prinsip, ekspektasi-ekspektasi dan
berbagai hal yang dihasilkan. Orang berintegritas berarti memiliki pribadi yang
jujur dan memiliki karakter hidup yang kuat.
Integritas dapat juga berarti mutu, sifat, atau keadaan yang
menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang
memancarkan kewibawaan; kejujuran.
Seseorang yang memiliki
integritas pribadi akan tampil penuh percaya diri, anggun, tidak mudah
terpengaruh oleh hal-hal yang sifatnya hanya untuk kesenangan sesaat.
4.
Membangun Komunikasi
Komunikasi sangat
penting di dalam sebuah keluarga dan harus dimulai sejak awal pernikahan.
Anak-anak yang sejak kecil di ajarkan dalam komunikasi yang baik dengan
orangtua mereka, akan selalu merasa nyaman untuk mencurahkan isi hati kepada
orangtua mereka, meskipun mereka sudah beranjak dewasa.
Untuk bisa berkomunikasi
dengan baik, seorang bapak yang bijaksana harus lebih banyak mendengarkan anak
dan tidak cepat membuat kesimpulan sendiri yang akhirnya membuat anak menutup
dirinya terhadap bapaknya. Diperlukan suasana yang terbuka dan bersahabat, serta
menghindari penggunaan kata-kata yang otoriter dan merasa benar sendiri.
Sedapat mungkin, bapak berbicara kepada anak dengan bahasa sederhana dan mudah
dimengerti olehnya.
Jika anak selalu dipapar
dengan kekerasan, maka ia sendiri akan belajar bagaimana bertindak otoriter
dalam kekerasan, serta tidak akan mau mengerti dan menerima pendapat orang
lain, kecuali diperlakukan juga dalam kekerasan. Itulah sebabnya sering kaum
bapak jumpai seorang anak yang bertindak
kejam terhadap teman-temanya, melukai tidak hanya dengan kata-katanya namun
sudah cenderung anarkis.
Seorang bapak di dalam
keluarga adalah sebagai imam, itulah sebabnya figur bapak harus mampu merangkul
keluarga, menunjukkan teladan yang baik dan selalu membangun relasi dengan
Tuhan. Figur bapak begitu amat penting dalam tatanan kehidupan keluarga Kristen,
sampai-sampai Tuhan Yesus sendiri hadir dalam figur maskulin seorang bapak.
Ada dua fakta yang
sangat jelas tertulis di dalam Alkitab: Pertama, Allah itu Roh, dan tidak
memiliki karakteristik atau keterbatasan manusia, dan Kedua, Allah
mengungkapkan diriNya kepada manusia dalam wujud maskulin (laki-laki). Namun
perlu dipahami bahwa Natur sejati Allah adalah sebagai Pribadi.
Allah menyatakan semua
karakteristik dari sebuah kepribadian manusia seutuhnya: Allah memiliki
pikiran, kehendak, intelek dan perasaan. Allah berkomunikasi, memiliki relasi,
dan tindakan-tindakan Allah secara pribadi nyata dalam seluruh isi Alkitab.
Yohanes 4:24, “24Allah itu Roh dan barangsiapa
menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran." Karena
Allah adalah roh, maka Allah tidak memiliki karakteristik fisik seperti manusia.
Bahasa kiasan dalam Alkitab seringkali menggunakan karakteristik manusia untuk
menggambarkan Allah, supaya manusia memahami Allah. Cara ini disebut “antropomorfisme.”
Antropomorfisme menjadi cara
Allah secara roh untuk mengkomunikasikan kebenaran mengenai natur diriNya
kepada manusia sebagai pribadi yang terbatas pengertiannya akan hal-hal yang
melampaui pikirannya. antropomorfisme digunakan Allah untuk menolong manusia
memahami siapakah Allah itu.
Kejadian 1:26-27 menyatakan,
“26Berfirmanlah Allah:
"Baiklah Kaum bapak menjadikan
manusia menurut gambar dan rupa Kaum bapak , supaya mereka berkuasa atas
ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh
bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi. 27Maka
Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah
diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.”
Referensi ayat di atas
lebih menjelaskan mengenai perihal laki-laki maupun perempuan yang diciptakan
menurut gambar Allah. Keberadaan mereka lebih agung dari semua ciptaan lainnya
karena, sama seperti Allah, mereka memiliki pikiran, kehendak, intelek,
perasaan dan kemampuan moral. Itulah sebabnya mengapa satwa tidak memiliki
kemampuan moral, dan tidak memiliki kompleksitas sebagaimana yang dimiliki oleh
manusia.
Allah menciptakan
manusia sesuai dengan gambar Allah sendiri. Gambar Allah adalah komponen rohani
yang hanya dimiliki oleh manusia. Allah menciptakan manusia agar memiliki
hubungan dengan Dia; manusia adalah satu-satunya ciptaan yang di design untuk
tujuan tersebut.
Laki-laki dan perempuan
hanya diciptakan sesuai dengan gambar Allah –bukan sekaligus sebagai duplikat
dari Allah-. Adanya laki-laki dan perempuan, tidak mengharuskan bahwa Allah
juga memiliki ciri-ciri laki-laki dan perempuan.
Kaum bapak pasti tahu bahwa Allah adalah roh dan tidak
memiliki karakteristik fisik, sehingga kaum bapak tidak bisa membatasi bagaimana cara Allah
menyatakan diriNya kepada umat manusia. Alkitab mengandung semua wahyu yang
diberikan Allah kepada manusia mengenai diriNya sendiri, dan merupakan
satu-satunya sumber informasi yang obyektif mengenai Allah.
Dalam Alkitab
terulis 1.201[1] kata
yang merujuk kata “Bapa.” Dengan perincian, 747 kata dalam Perjanjian Lama dan
454 kata dalam perjanjian Baru. Seseorang disebut “bapa” hanya ketika dia
adalah seorang laki-laki. Kalau yang ingin dikomunikasikan oleh Allah kepada
manusia dalam wujud perempuan, maka kata yang akan dipakai pastilah “ibu” dan
bukan “bapa.” Baik dalam Perjanjian Lama dan Baru, kata ganti maskulin
digunakan berulang-ulang untuk menggambarkan pribadi Allah.
Yesus
Kristus berkali-kali mengindentifikasikan Allah sebagai Bapa, dan pada
kesempatan-kesempatan lain menggunakan kata ganti maskulin untuk merujuk pada
Allah. Dalam kitab Injil saja, Kristus menggunakan istilah “Bapa” sebanyak 361[2]
kata dalam 312 ayat, yang secara langsung merujuk pada Allah.
Yohanes
10:30 menyatakan, “30Aku dan
Bapa adalah satu." Yesus Kristus datang dalam wujud seorang laki-laki,
mati di salib untuk membayar dosa dunia, dan sama seperti Allah Bapa,
dinyatakan kepada manusia dalam wujud laki-laki.
Alkitab
mencatat contoh lainnya di mana Kristus menggunakan kata benda dan kata ganti
maskulin untuk merujuk pada pribadi Allah.
Dalam Perjanjian Baru kata “Allah” digunakan sebanyak 4.118 kali
pada 3.581 ayat, semuanya merujuk pada
sifat maskulin sebagai penggambaaran akan natur Allah.
Tulisan atau
catatan dari para nabi dalam Perjanjian Lama dan para Rasul dalam Perjanjian
Baru merujuk kata “Allah” dan “Yesus Kristus” sebagai pribadi yang maskulin. Tidak
ada sama sekali bukti di dalam Alkitab yang menunjukkan natur feminim sebagai
penggambaran Allah. Allah sendiri memilih untuk mengungkapkan diri dalam wujud
semacam ini untuk memudahkan manusia memahami siapakah Allah itu sendiri.
Sebagai
manusia, tentu kaum bapak tidak boleh
membatasi pikiran dan rencana Allah dalam pikiran kaum bapak yang terbatas akan pribadi Allah itu sendiri
atau bagaimana cara Allah untuk menyatakan dirinya, namun penting bagi kaum
bapak bahwa jika Allah menyatakan diri
dalam natur Bapak (Maskulin), maka Bapak sendiri adalah gambaran Allah itu
sendiri didalam keluarga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar