Selamat Datang di Website SPB Majelis Jemaat GKE Muara Teweh

Kamis, 30 Mei 2019

SPB Muara Teweh Sambut Mahasiswa PPL STT GKE

MUARA TEWEH - SPB MJGKE Muara Teweh dalam pelayanannya senantiasa berkeinginan untuk menjaring dan menjalin kemitraan dengan berbagai pihak, sehingga apa yang diprogramkan serta dipersiapkan betul-betul dapat bermanfaat bagi kaum bapak secara khusus dalam pembinaan iman dan percaya. Demikian disampaikan oleh Ketua SPB MJGKE Muara Teweh, Esdi Pangganti sesaat setelah pelaksanaan ibadah SPB yang diselenggarakan di rumah Bapak Arson, ST., M.Eng pada Kamis malam (30/05).
Pada kesempatan tersebut hadir dua orang mahasiswa dari STT GKE Banjarmasin, yang akan melaksanakan PPL di Jemaat Paring Lahung (Sdr. Bayu) dan di Jemaat Trinsing (Sdri. Eka). SPB Muara Teweh mengapresiasi dan mendukung penuh pelayanan yang dilakukan oleh para mahasiswa tersebut selama dua bulan di jemaat yang telah ditentukan serta berharap mereka dapat berperanserta dalam membangun pertumbuhan iman dan percaya jemaat.

Ketua MR/MJ GKE Muara Teweh, Pdt. Dasviron, S.Th beserta jajaran BPH Majelis Resort dan Jemaat GKE Muara Teweh yang turut hadir dalam ibadah SPB tersebut, juga menyambut dan mengucapkan selamat datang kepada para mahasiswa tersebut, serta berharap agar selalu berkoordinasi baik dengan pembimbing di Jemaat yang ditunjuk serta dengan Majelis Resort dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan mereka, dan menjaga nama baik almamater serta Gereja.
 "Selamat melayani Bayu dan Eka", ujar Mundawan, Sekretaris MJGKE Muara Teweh yang diaminkan oleh Ketua KPB MRGKE Muara Teweh, Maruli Tambunan dan Ketua KPP MRGKE Muara Teweh, Yanse Arfinando. 

"Semoga selama di Resort Muara Teweh lancar-lancar saja ya,.. serta menjadi pengalaman yang terbaik dalam melakukan pelayanan" ujar Pak Suredi, Ketua Lingkungan Pelayanan II yang ikut hadir dalam ibadah SPB tersebut serta Arson, Bendahara MR GKE Muara Teweh sebagai Tuan Rumah Ibadah SPB seraya mengantar kedua mahasiswa ini saat berpamitan kembali ke Pastori I, tempat mereka menginap beberapa hari ini. TYKM

Minggu, 05 Mei 2019

HARI PENDIDIKAN GKE

Sejak awal 1830 berita dan kisah tentang Kalimantan yang berisi orang-orang Dayak menyebar di Jerman. Di katakan pada kisah itu, bahwa pada masa itu, orang-orang Dayak ini tertinggal dan sangat barbar. Kegelapan yang masih berada di  Kalimantan  ini menjadi semangat pendorong perkembangan injil (PI) di Jerman untuk “menerangi” bangsa yang ada di pulau Borneo.

Periode pertama sekitar tahun 1835 diawali dengan Perintisan Misionaris yang disebut Zending dengan panji RMG, dua orang utusan itu bernama Barnstein dan Heyer. Setelah berunding dengan Pemerintah Hindia Belanda dilanjutkan berlayar dari Betawi ke Banjarmasin (saat itu nama daerah ini Bandar Masih) setelah  44 hari berlayar dengan kapal barang tibalah Zending Barnstein seorang ke Kalimantan (26  Juni 1835) dengan misi mengabarkan injil untuk orang Dayak .  

Misionaris ini memutar akal untuk dapat berhubungan dan berkomunikasi yang akrab dengan orang Dayak, bulan pertama strategi pendekatan adalah mencari pemimpin suku Dayak yang dilalui sebulan setelah tiba di Bandar Masih dilanjutkan melayari sungai Barito lalu menyusuri sungai Kahayan hingga sampai ke Kahayan Hilir, tepatnya di Gohong, Barnstein mengangkat saudara dengan Temanggung Ambo Nikodemus. Melalui prosesi inilah misi Zending dapat berjalan dengan lancar di kalangan orang Dayak . Di penghujung tahun 1835 berdatangan tiga orang misionaris lainnya untuk membangun pangkalan PI di pulau Kalimantan saat itu. Salah satu yang menarik dari periode Zending ini yaitu misi pendidikan sebagai salah satu tujuan dari lima pokok pencerahan yang dilakukan orang-orang Jerman kepada suku Dayak di Kalimantan.
Namun, pekerjaan Zending ini berakhir tragis setelah terjadinya Perang Banjar sekitar tahun 1859-1866 sehingga banyak misionaris yang harus kehilangan nyawanya karena entitas eropa atau sebutan kulit putih di kalangan suku pribumi, stigma tersebut melekat erat pada diri mereka walaupun mereka berbeda misi dengan bangsa Belanda yang menduduki Indonesia saat itu.  Setelah pemberontakan itu tuntas, barulah kegiatan Zending berlanjut kembali dalam waktu yang sangat pelan dan lambat.

Sejarah lain di Kalimantan mencatat pada 1894 di Tumbang Anoi,  desa di kabupaten Gunung Mas, diadakan perjanjian damai antarsuku Dayak untuk menghentikan “Kayau” (kayau diistilahkan dalam bahasa Inggris yaitu Head Hunting). kayau merupakan tradisi untuk meningkatkan derajat dan kekuasaan suatu suku di wilayah Dayak atas suku lain. Nah, perjanjian itu meniadakan tradisi ini selain itu juga dihasilkan 96 pasal perjanjian perdamaian.

Saya yakin perjanjian damai Tumbang Anoi pada 1894 merupakan akumulasi dan akulturasi hasil dari pencerahan Zending ini kepada orang-orang Dayak, di samping keinginan dari hati nurani orang Dayak sendiri yang ingin hidup damai dan bosan dengan perang antarsuku.

Sampai tahun 1911 sekitar 3000 orang dayak dibaptiskan menjadi kristen. Namun, kesulitan kembali melanda PI di Kalimantan di awal abad 20 dengan pecahnya perang dunia pertama yang mengakibatkan kesulitan keuangan operasional zending Jerman. Yang kemudian diambilalih oleh Zending Basel yang berkedudukan di Swiss untuk melanjutkan pekabaran injil di Kalimantan pada tahun 1920. Tahun 1920, tercatat 5000 orang sudah dibaptis dengan pekerja injil 14 orang, 39 penetua, 14 misionaris beserta keluarga, dan 11 pangkalan induk (stasi) zending.

Pada periode 1920-1935 inilah mulai diadakan pembenahan sampai pada deklarasi pendirian Gereja Dayak Evangelis yang dilakukan di Kuala Kapuas setelah sebelumnya tahun 1925 dibentuk Majelis Sinode pertama di Banjarmasin, di lanjutkan pertemuan-pertemuan sinode 1928, 1930.  Pada tahun 1932 didirikan Sekolah Teologia di Banjarmasin yang menjadi cikal bakal STT Banjarmasin yang masih berdiri sampai saat ini.

Pada 5 april 1935 ditahbiskan lima orang pendeta Dayak pertama yang menjadi Pekerja Injil Nasional pertama di Indonesia, yaitu : Pdt. Rudolf Kiting,  Pdt. Eduard Dohong, Pdt. Gerson Akar, Pdt. Hernald Dingang Patianom, Pdt. Mardonius Blantan. Inilah pionir-pionir muda yang energik dan membangun tanah Dayak dengan pekabaran injil. Dengan ditahbiskan kelima pionir ini dinyatakan tahun lahirnya Gereja Dayak Evangelis

Penguatan kembali terjadi pada persidangan zending tahun 1937 yang menginginkan banyak pekerja injil berasal dari orang setempat yaitu orang dayak atau orang-orang Borneo.  Artinya sejak akhir abad ke-19, pendidikan merupakan sarana penting dan strategis untuk mengubah dan membentuk karakter sebuah bangsa walau dengan perjuangan yang berat dan bermandikan darah hingga berkorban nyawa. Diawali dari misi tanpa berujung Zending Barnstein yang akhirnya muncul orang-orang terdidik dari suku yang awalnya dikenal sangat ekstrim dan sering terjadi perang antarsuku, namun akibat “campur-tangan” orang-orang yang peduli dan terpanggil karena kerinduan mereka memberitakan Kabar Keselamatan membuat perubahan yang berdampak (1835 – 1935) yang artinya diperlukan sekitar seratus tahun untuk mengubah orang-orang Dayak ini menjadi pionir yang mandiri dan berjuang berdikari untuk mengubah martabatnya sendiri.

Saat ini wilayah pelayanan Gereja Dayak Evangelis (GDE) yang pada tahun 1950 melalui sidang sinode berganti nama menjadi Gereja Kalimantan Evangelis meliputi seluruh wilayah Kalimantan (termasuk Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur).

Dengan kata lain jika kita ingin maju dan menghitung tahun proklamasi kemerdekaan RI pada tahun 1945 dapat diandaikan, melalui perjuangan yang keras dan penuh tantangan dalam dunia pendidikan maka tahun 2045 nanti Indonesia akan menjadi negara yang mapan dan tidak lagi berkutat dan tenggelam dalam gosip serta berita-berita yang saling melemahkan. Bangsa ini sudah cape dan lelah dengan pernyataan-pernyataan yang melemahkan para pemimpinnya satu sama lain, baik itu di setiap level dn strata.

Sementara bangsa lain bergiat dan berjuang penuh, berfokus konvergen untuk memajukan bangsa mereka (walaupun dengan cara ekspansionis seperti perang dan intervensi). Sebagian besar kelompok utama bangsa ini  menghabiskan waktu dan daya upaya memikirkan kelemahan-kelemahan rival-rivalnya.

Alih-alih mengritik Presiden, para Menteri, para Gubernur dan para kepala daerah lainnya melalui dialog-dialog (yang diselubungi usulan atau pandangan atau pengamatan) yang akhirnya menjadi polemik dan dagelan sebagai santapan harian di media nasional maupun elektronik. Tidak ada keinginan berhenti dari dialog-dialog kritis yang semakin  tenggelam ke dalam lautan keputusasaan, kehabisan energi, muncul energi negatif dan pesimistik, akhirnya sebagian besar generasi muda bangsa ini malas untuk bangun dan bangkit karena ketakutan setengah hidup tidak tahan dikritik dan dibombardir dengan intimidasi, teror kata-kata, intervensi ketidakpercayaan, intervensi ketidakmandirian.

Dengan alasan jika generasi muda diberi kemandirian, mereka akan menginjak kepala yang lebih tua, tidak hormat lagi, mereka akan tidak ingat lagi dengan generasi tua ini, generasi muda ini akan melupakan generasi tua dan membawa bangsa ini ke arah yang tidak jelas. Padahal energi muda atau Youth energy itulah sebagai energi yang terbarukan dan energi yang tidak pernah padam, dan melalui pendidikan segala ketakutan itu sirna jika diberikan pada jalur yang sesuai dengan cita-cita bapak-bapak dan ibu-ibu Bangsa our the founding Fathers yang namanya harum dan tertulis dalam buku-buku sejarah.

Melalui pendidikan, karakter dan wujud suatu bangsa yang Terbaik dapat terwujud nyata.

Selamat Hari Minggu, Selamat Hari Pendidikan GKE, 05 Mei 2019.
Tuhan Yesus Kristus Memberkati.

Sumber : http://msgke-kalteng.org/tentang-ms-gke-kalteng/sejarah-berdirinya-ms-gke-kalteng/
http://gke-gerejakalimantanevangelis.blogspot.com/2011/03/sejarah-gke.html

ARTI KEENAM MATERAI (WAHYU 6 : 1 -17)

KEENAM MATERAI PERTAMA DIBUKA
1 Maka aku melihat Anak Domba itu membuka yang pertama dari ketujuh meterai itu, dan aku mendengar yang pertama dari keempat makhluk itu berkata dengan suara bagaikan bunyi guruh: "Mari!"
2 Dan aku melihat: sesungguhnya, ada seekor kuda putih dan orang yang menungganginya memegang sebuah panah dan kepadanya dikaruniakan sebuah mahkota. Lalu ia maju sebagai pemenang untuk merebut kemenangan.
3 Dan ketika Anak Domba itu membuka meterai yang kedua, aku mendengar makhluk yang kedua berkata: "Mari!"
4 Dan majulah seekor kuda lain, seekor kuda merah padam dan orang yang menungganginya dikaruniakan kuasa untuk mengambil damai sejahtera dari atas bumi, sehingga mereka saling membunuh, dan kepadanya dikaruniakan sebilah pedang yang besar.
5 Dan ketika Anak Domba itu membuka meterai yang ketiga, aku mendengar makhluk yang ketiga berkata: "Mari!" Dan aku melihat: sesungguhnya, ada seekor kuda hitam dan orang yang menungganginya memegang sebuah timbangan di tangannya.
6 Dan aku mendengar seperti ada suara di tengah-tengah keempat makhluk itu berkata: "Secupak gandum sedinar, dan tiga cupak jelai sedinar. Tetapi janganlah rusakkan minyak dan anggur itu."
7 Dan ketika Anak Domba itu membuka meterai yang keempat, aku mendengar suara makhluk yang keempat berkata: "Mari!"
8 Dan aku melihat: sesungguhnya, ada seekor kuda hijau kuning dan orang yang menungganginya bernama Maut dan kerajaan maut mengikutinya. Dan kepada mereka diberikan kuasa atas seperempat dari bumi untuk membunuh dengan pedang, dan dengan kelaparan dan sampar, dan dengan binatang-binatang buas yang di bumi.
9 Dan ketika Anak Domba itu membuka meterai yang kelima, aku melihat di bawah mezbah jiwa-jiwa mereka yang telah dibunuh oleh karena firman Allah dan oleh karena kesaksian yang mereka miliki.
10 Dan mereka berseru dengan suara nyaring, katanya: "Berapa lamakah lagi, ya Penguasa yang kudus dan benar, Engkau tidak menghakimi dan tidak membalaskan darah kami kepada mereka yang diam di bumi?"
11 Dan kepada mereka masing-masing diberikan sehelai jubah putih, dan kepada mereka dikatakan, bahwa mereka harus beristirahat sedikit waktu lagi hingga genap jumlah kawan-kawan pelayan dan saudara-saudara mereka, yang akan dibunuh sama seperti mereka.
12 Maka aku melihat, ketika Anak Domba itu membuka meterai yang keenam, sesungguhnya terjadilah gempa bumi yang dahsyat dan matahari menjadi hitam bagaikan karung rambut dan bulan menjadi merah seluruhnya bagaikan darah.
13 Dan bintang-bintang di langit berjatuhan ke atas bumi bagaikan pohon ara menggugurkan buah-buahnya yang mentah, apabila ia digoncang angin yang kencang.
14 Maka menyusutlah langit bagaikan gulungan kitab yang digulung dan tergeserlah gunung-gunung dan pulau-pulau dari tempatnya.
15 Dan raja-raja di bumi dan pembesar-pembesar serta perwira-perwira, dan orang-orang kaya serta orang-orang berkuasa, dan semua budak serta orang merdeka bersembunyi ke dalam gua-gua dan celah-celah batu karang di gunung.
16 Dan mereka berkata kepada gunung-gunung dan kepada batu-batu karang itu: "Runtuhlah menimpa kami dan sembunyikanlah kami terhadap Dia, yang duduk di atas takhta dan terhadap murka Anak Domba itu."
17 Sebab sudah tiba hari besar murka mereka dan siapakah yang dapat bertahan?

TAFSIRAN AYAT DIATAS
[6:1]  ANAK DOMBA ITU MEMBUKA.
Yesus Kristus sendiri (yaitu, Anak Domba itu) membuka semua meterai yang menyingkapkan hukuman yang menghancurkan dunia (ayat Wahy 6:1,3,5,7,9,12 ). Hukuman-hukuman itu bersifat ilahi, karena telah diserahkan ke dalam tangan Kristus ( Wahy 5:1,7 ; bd. Yoh 5:22 ). Sepanjang kitab Wahyu, hukuman berupa malapetaka itu disebut murka Allah (ayat Wahy 6:16-17; 11:18; 14:10,19; 15:1,7; 16:1,19; 19:15 ).
[6:1] : YANG PERTAMA DARI KETUJUH METERAI ITU.
Beberapa penafsir mengartikan pembukaan meterai yang pertama itu sebagai permulaan tujuh tahun kesengsaraan, masa depan yang penuh penderitaan dan hukuman yang belum pernah terjadi sebelumnya yang akan mengarah kepada kedatangan Kristus yang kedua kali (lih. Dan 9:27 ; bd. Yer 30:7 ; Dan 12:1 ; Wahy 6:17; 7:14 ;
lihat art. KESENGSARAAN BESAR ).
Orang lain percaya bahwa meterai-meterai ini menggambarkan masa tiga setengah tahun terakhir dari tujuh tahun kesengsaraan, yang sering disebut kesengsaraan besar. Ada lagi orang lain yang melihatnya sebagai awal dari hukuman Allah menjelang akhir masa itu. Hukuman Allah dinyatakan dalam rentetan-rentetan peristiwa yang berurutan. Rentetan yang pertama adalah tujuh meterai itu (pasal Wahy 6:1-17 ); yang kedua, tujuh sangkakala hukuman (pasal Wahy 8:1-9:21; 11:15-19 ); dan ketiga, "ketujuh cawan murka Allah" (pasal Wahy 16:1-21 ;
lihat cat. --> Wahy 8:1 ). [atau ref. Wahy 8:1 ]
[6:2] SEEKOR KUDA PUTIH.
Empat orang yang menunggang kuda keluar sementara keempat meterai yang pertama dibuka (bd. Za 1:8-17; 6:1-8 ), melambangkan hukuman Allah atas sistem dunia yang telah rusak dan jahat serta orang-orang yang tidak mengenal Allah. Penunggang kuda putih itu dianggap oleh banyak penafsir Alkitab sebagai antikristus ( 1Yoh 2:18 ), penguasa dunia yang akan datang yang akan memulai kegiatannya pada permulaan masa tujuh tahun terakhir itu
(lihat art. ZAMAN ANTIKRISTUS ). 
Ia diizinkan Allah untuk menipu semua orang yang menentang Kristus. Kemenangannya yang mula-mula akan dicapainya tanpa peperangan yang terbuka, sebab damai sejahtera diambil dari bumi mulai dengan penunggang kuda yang kedua (ayat Wahy 6:4 ; bd. Dan 9:26-27 ; 1Tes 5:3 ). Di lain pihak, semua penunggang kuda yang lain merupakan personifikasi, sehingga penunggang kuda putih itu barangkali hanya melambangkan kemenangan atau suatu roh yang kuat dari antikristus yang dilepaskan pada akhir zaman.
[6:4] KUDA ... MERAH PADAM.
Kuda merah padam itu dan penunggangnya melambangkan perang dan kematian dahsyat, yang diizinkan Allah ketika mendatangkan murka-Nya ke atas bumi (bd. Za 1:8; 6:2 ). Masa kesengsaraan itu akan merupakan masa kekerasan, pembunuhan, dan peperangan.
[6:5] SEEKOR KUDA HITAM.
Kuda hitam dan penunggangnya itu melambangkan kelaparan yang besar (bd. Yer 4:26-28 ; Rat 4:8-9; 5:10 ). Kebutuhan-kebutuhan pokok bagi kehidupan akan langka dan harga-harga barang akan sangat tinggi; bala kelaparan akan menyebar ke seluruh dunia. Minyak dan anggur itu menunjuk kepada pohon zaitun dan pokok anggur, yang tidak mengalami kerusakan oleh musim kering sebanyak tumbuh-tumbuhan berbiji. Walaupun kelaparan telah terjadi sepanjang zaman gereja ( Mat 24:7 ), bagian ini berkaitan dengan suatu kelaparan khusus selama masa kesengsaraan.
[6:8] SEEKOR KUDA HIJAU KUNING.
Kuda hijau kuning dan penunggangnya yang bernama Maut itu melambangkan peningkatan kedahsyatan perang, kelaparan, kematian, malapetaka, penyakit, dan binatang-binatang jahat. Hukuman ini akan begitu dahsyat sehingga seperempat penduduk dunia akan terbunuh.
[6:9] DIBUNUH OLEH KARENA FIRMAN ALLAH.
 Ketika meterai yang kelima dibuka, Yohanes melihat apa yang sedang terjadi di sorga. Mereka yang "dibunuh oleh karena Firman Allah" adalah mereka yang mati syahid demi iman mereka dalam Kristus dan kebenaran Firman-Nya.
Mereka diminta untuk bersabar, karena masih ada banyak orang lain lagi yang akan mati karena iman mereka (bd. Wahy 7:13-14; 13:15 ; Wahy 18:24 ; Wahy 20:4 ). Masa kesengsaraan akan menjadi masa penganiayaan yang dahsyat bagi mereka yang menerima Injil dan tinggal setia kepada Allah dan Firman-Nya (lihat cat. --> Wahy 3:10 ;lihat cat. --> Wahy 7:9 ; lihat cat. --> Wahy 14:6 ). [atau ref. Wahy 3:10; 7:9; 14:6 ] Barangkali semua orang yang telah mati syahid pada zaman yang lampau termasuk di antara mereka yang berada di bawah mezbah itu. 
[6:10] MENGHAKIMI DAN ... MEMBALASKAN DARAH KAMI.
Mereka yang ada di sorga berdoa supaya orang jahat yang telah menolak Allah dan membunuh para pengikut-Nya akan dijatuhi hukuman ilahi. Adakalanya Allah menuntun umat-Nya untuk berdoa agar keadilan menang, kejahatan dihancurkan, kebenaran akan ditegakkan di bumi, dan Kristus ditinggikan atas semua yang melawan Dia. Doa itu bukanlah demi pembalasan dendam pribadi, karena itu terbit dari rasa kepedulian bagi Allah, kebenaran, dan penderitaan umat-Nya.


[6:11] SAUDARA-SAUDARA ... YANG AKAN DIBUNUH.
Beberapa orang akan diberikan peluang untuk diselamatkan selama masa kesengsaraan itu, yaitu mereka yang ada di bumi yang tidak pernah mendengar atau mengerti Injil secukupnya. Tetapi, mereka yang telah mendengar Injil sebelum keangkatan gereja, namun tetap hidup dalam dosa tidak akan diberikan kesempatan lagi untuk menerima keselamatan setelah gereja diangkat dari dunia
(lihat art. KEANGKATAN GEREJA ).
Allah akan mendatangkan kesesatan atas mereka, sehingga mereka tidak akan pernah bisa percaya lagi (lihat cat. --> 2Tes 2:10 ; lihat cat. --> 2Tes 2:11 ; lihat cat. --> 2Tes 2:12 ). [atau ref. 2Tes 2:10-12 ]

[6:12] GEMPA BUMI YANG DAHSYAT.
Bencana hukuman Allah yang dilukiskan di sini meliputi suatu goncangan dunia secara fisik, pergolakan alam semesta, dan kegelapan hebat serta kengerian bagi penduduk bumi (ayat Wahy 6:15-17 ; bd. Yes 34:4 ; Yoel 2:30-31 ; Hag 2:6 ; Mat 24:29 ). Ini belum akhir dari kesengsaraan itu. Masih ada meterai yang ketujuh (pasal Wahy 8:1-13 ).

[6:16] RUNTUHLAH MENIMPA KAMI.
Orang-orang berdosa yang tertinggal setelah orang percaya diangkat dari bumi untuk bertemu Tuhan di angkasa ( 1Tes 4:17 ) akan mengalami ketakutan dan keputusasaan yang hebat sementara mereka berusaha untuk lari dan bersembunyi.

[6:16]  MURKA ANAK DOMBA ITU.
Murka Anak Domba yang dilukiskan dalam pasal Wahy 6:1-19:21 harus menyiagakan seluruh pembaca untuk melihat sejauh mana Allah membenci dosa, percabulan, dan kejahatan yang tidak mau bertobat. Murka ini sama dengan murka Allah (bd. Wahy 15:7 ; lihat cat. --> Rom 1:18 ;
lihat cat. --> Ibr 1:9 ). [atau ref. Rom 1:18 ; Ibr 1:9 ] 
Orang yang setia dari jemaat-jemaat Kristus tidak ditetapkan untuk mengalami murka Allah ( 1Tes 5:9 ), karena Yesus telah berjanji untuk meluputkan mereka dari murka yang akan datang
(lihat cat. --> Wahy 3:10 ; lihat cat. --> 1Tes 1:10 ; [atau ref. Wahy 3:10 ; 1Tes 1:10 ] lihat art. KEANGKATAN GEREJA )

TETAP SETIA, TAAT PADA TUHAN DAN 
JANGAN TINGGALKAN TUHAN!
SPB MJGKE MUARA TEWEH

KEGIATAN

Peran Kaum Bapak Dalam Keluarga Kristen (Bab 1)

--------------------------------- “Bapak merupakan pilar terdepan dalam menjaga keutuhan sebuah keluarga” (Esdi Pangganti) ----...

Arsip SPB