-----------------------------
“Perbedaan di dalam Kristus itulah yang membuat
kaum bapak semakin bertumbuh di dalam
Kristus” (Esdi Pangganti)
-------------
K
|
omunitas kaum bapak
sebagai tubuh Kristus dijelaskan melalui Efesus 4:16 yang menyatakan “16Dari
pada-Nyalah seluruh tubuh, -yang rapih tersusun dan diikat menjadi satu oleh
pelayanan semua bagiannya, sesuai dengan kadar pekerjaan tiap-tiap anggota- menerima
pertumbuhannya dan membangun dirinya
dalam kasih.. Firman Tuhan ini berbicara tentang kebersamaan atau kesatuan.
Suatu hal yang harus kaum bapak wujudkan
sebagai umat Tuhan dalam komunitas kaum bapak.
Efesus 4:4-6 menjadi dasar
Alkitabiah kebersamaan kaum bapak, sebagaimana tertulis: “4satu tubuh, dan satu Roh, sebagaimana kamu telah dipanggil
kepada satu pengharapan yang terkandung dalam panggilanmu, 5satu
Tuhan, satu iman, satu baptisan, satu Allah dan Bapa dari semua, Allah yang di atas semua dan oleh semua dan didalam
semua”.
Selanjutnya dalam Efesus
4: 13 menjelaskan bagaimana komunitas kaum bapak sebagai suatu gereja yang
hidup, sebagai satu tubuh, akan mencapai
kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh
dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus. Pada ayat ini
dituliskan “13sampai kaum
bapak semua telah mencapai
kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah,
kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan
Kristus”
Kesatuan atau
kebersamaan kaum bapak sebagai umat Tuhan bukan berarti semua orang harus
memiliki pikiran dan ide yang sama. Setiap individu dalam tubuh Kristus telah
diberikan talenta atau karunia serta kemampuan tertentu dalam pelayanan.
Kemampuan inilah yang perlu di manajemen.
Komunitas kaum Bapak justru
memerlukan talenta atau karunia yang berbeda-beda, agar pelayanan dalam
komunitas kaum bapak menjadi lengkap dan dapat menjangkau atau mencapai sasaran
yang diharapkan. Kalau semua menjadi pemimpin, maka tidak akan ada yang
dipimpin. Kalaupun ada perbedaan, yang perlu kaum bapak renungkan serta ingat adalah Firman Tuhan
telah menyatakan bahwa kaum bapak dalam kegerakannya adalah satu tubuh, dimana
Kristus adalah Kepala.
Selanjutnya Efesus 4 : 15-16
menyatakan, “15tetapi dengan teguh
berpegang kepada kebenaran di dalam kasih, kaum bapak bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia,
Kristus, yang adalah Kepala. 16Dari pada-Nyalah seluruh tubuh, –yang
rapih tersusun dan diikat menjadi satu oleh pelayanan semua bagiannya, sesuai
dengan kadar pekerjaan tiap-tiap anggota–menerima pertumbuhannya dan membangun
dirinya dalam kasih.”
Perlu dipahami bahwa Kristus
adalah pemersatu bagi kaum bapak, dan oleh karenaNya sehingga kaum bapak dapat
bekerja bersama-sama dengan berpegang teguh kepada kebenaran di dalam kasih
Karunia Allah. Kristus yang lahir di
tempat yang sederhana dan hina di Betlehem, hadir ke dunia ini bukan saja
menjadi Juruselamat bagi seluruh umat manusia, namun Dia lahir untuk membangun
dan membentuk manusia menjadi satu kesatuan, yaitu Tubuh Kristus.
Kehidupan bersama kaum
bapak dalam jemaat harus benar-benar nyata, diantara anggota–anggota Tubuh
Kristus. Hal ini sebagai tanda atau bukti bahwa kaum bapak telah dibangun
bersama di dalam persekutuan dengan Allah yang hidup.
Untuk
Membangun kebersamaan dalam satu persekutuan Tubuh Kristus, maka kaum bapak dapat melakukan dengan cara menunjukkan sikap,
saling memperhatikan, mendoakan, mendorong serta melindungi satu dengan yang
lain ( I Kor 12:12-31; Ef 4:1-6) tidak saling memfitnah/menjelekan menjatuhkan,
atau meremehkan, tetapi selalu ada kesatuan Roh, kesatuan hati, satu tujuan,
tidak boleh ada perpecahan di dalam jemaat.
Patut direnungkan
bersama bahwa keberadaan kaum bapak dalam bersekutu dan beribadah bersama,
masing-masing memiliki latar belakang yang begitu berbeda: keluarga kaum bapak berbeda, warna kulit, asal-usul (suku),
profesi, pendidikan dan juga hobi atau kesenangan, namun kaum bapak harus bisa berkumpul dan dipersatukan dalam
satu ikatan keluarga Allah.
Kini tugas kaum bapak adalah mempertahankan persatuan dan kesatuan
di antara jemaat agar gereja tetap menjadi tempat yang hangat. Hal itu akan
terwujud apabila tiap anggota kaum babap memiliki kesadaran akan dirinya dan
memiliki sikap hidup bersama.
Dalam Kisah Para Rasul
2:44-47 menunjukkan bagaimana cara hidup Gereja mula-mula, tidak hanya siap
diajar, tetapi mereka mempraktikkan prinsip hidup bersama sebagai anggota
keluarga Allah, sehingga tidaklah heran apabila tiap-tiap hari Tuhan
menambahkan jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan.
Sebagai satu keatuan tubuh
Kristus, maka kaum bapak harus bangkit
dan berubah dan siap menjadi berkat dan bukan menjadi batu sandungan.
Kaum bapak harus menjadikan setiap moment dalam kehidupan
ini sebagai kesempatan untuk mengambil komitmen baru sebagai umat pilihan Allah
dan sebagai bagian dari anggota Tubuh Kristus, untuk memberikan hidup yang
beerdampak dan menjadi saluran berkat.
Kehadiran kaum bapak dalam jemaat sebagai satu persekutuan, jangan
justru sebagai batu sandungan karena sikap dan aktualisasi diri kaum bapak yang tidak benar, sebab kaum bapak telah diikat bersama Kristus. Manusia yang
sudah diikat dan dibangun dalam Kristus harus berpikir positif dalam menyikapi
segala bentuk pergumulan dan persoalan hidup. Sebagai contoh nyata adalah
menghindari minuman-minuman yang mengandung
Alkohol dan memabukkan.
Ini sekaligus menjadi
peringatan buat kaum bapak semua. Ketika
kaum bapak jauh dari Kristus, maka kaum
bapak menjadi cenderung memperbesar ego
diri sendiri. Ketika kaum bapak bersandar
pada Kasih dan Kuasa Kristus, maka kaum
bapak akan sadar, bahwa kaum bapak ini hanya alat Tuhan. Apapun yang kaum bapak lakukan bukan untuk membesarkan diri sendiri,
melainkan untuk Tuhan. Kaum bapak perlu merenungkan bagaimana cara Tuhan
memakai kita sebagai pribadi-pribadi yang unggul.
Mari
kaum bapak semakin menjalin kesatuan dalam persaudaraan dengan sesama anggota
tubuh Kristus yang lain. Kaum bapak semua mungkin berbeda, tetapi perbedaan di
dalam Kristus itulah yang membuat kaum bapak semakin bertumbuh di dalam Kristus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar